AL-MATIN
MakalahPendidikan
Agama Islam
“AL-MATIN”
DISUSUN
OLEH :
ARIDHA NURJANNAH
MUHAMMAD AKMALUL IMAN LIARI
TAZKYA
HUMAIRA
YOGA
BOWO LEKSONO
Kelas
X MIPA 4
SMA
NEGERI 10 SAMARINDA
Tahun
Ajaran 2016/2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya yang berjudul “AL-MATIN”.
Makalah
ini berisikan tentang Pengertian Al-Matin, Firman Allah di Asmaul Husna
Al-Matin, dan Sikap atau akhlak kita terhadap Asmaul Husna Al-Matin. Semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan kita semua.
Saya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata, saya sampaikan terima kasih kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kami. Amin
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Samarinda, 09 Agustus 2016
Anggota
Kelompok
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar............................................................................................... 2
Daftar
Isi......................................................................................................... 3
BAB
I PENDAHULUAN ............................................................................ 4
A. Latar
Belakang.................................................................................... 4
B. Rumusan
Masalah............................................................................... 5
C. Maksud
dan Tujuan............................................................................ 6
BAB
II ISI .................................................................................................... 7
A. Pengertian
Al-Matin........................................................................... 7
B. Firman
Allah dalam Al-Matin............................................................. 9
C. Akhlak
kita terhadap Asmaul Husna Al-Matin................................ 14
BAB
III PENUTUP..................................................................................... 16
A. Kesimpulan....................................................................................... 16
B. Saran................................................................................................. 17
Daftar
Pustaka.............................................................................................. 18
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua
yang ada di alam ini merupakan ciptaan Allah SWT. Allah SWT mempunyai
sifat-sifat yang agung, mulia, dan besar yang tidak terdapat pada semua
makhluknya. Oleh karena itu semua makhluknya harus menyembah kepada-Nya. Namun,
sifat-sifat Allah SWT tersebut tidak hanya tergambar dalam sifat wajib-Nya,
melainkan juga dari nama nama baik yang menyertai-Nya (Asma’ul Husna). Firman
Allah SWT dalam QS. Al-Hasyr ayat 24: “Dia-lah Allah yang menciptakan, Yang
mengadakan, Yang membentuk Rupa, Yang mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik.
Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan bumi. Dan Dia-lah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Apabila
seseorang menyatakan diri mencintai Allah SWT, maka hal ini bisa dibuktikan
dari seberapa sering ia menyebut nama-Nya. Menyebut Allah SWT dapat dilakukan
dengan menyebut kalimat-kalimat tayyibah atau menyebut nama-nama Allah SWT
dalam Asmaul Husna. Keduanya merupakan proses zikir (mengingat) kepada Allah
SWT. Firman Allah SWT dalam Al-quran : “Hanya milik Allah asmaul husna, maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama Asmaul Husna itu.” (QS. Al-A’raaf :
180). Berdasarkan ayat diatas, kita diperintahkan untuk selalu menyebut
nama-nama Allah SWT yang terhimpun dalam Asmaul Husna. Semua kegiatan yang dialakukan
sebaiknya didahului dengan menyebut nama-Nya (terwujud dalam kalimat basmalah).
Allah
SWT memerintahkan untuk menyebut-Nya dengan Asmaul Husna sebagai pujian dan
pengantar doa kepada-Nya. Dalam berdoa kita pasti meminta sesuatu, dengan
memuji nama-Nya terlebih dahulu, harapan akan terkabulnya doa kita tentu akan
semakin besar. Dengan memuji nama-Nya terlebih dahulu, harapan akan terkabulnya
doa kita akan tentu akan semakin besar. Dalam salah satu hadist nya Rasulullah
menjelaskan : “Sesungguhnya Allah SWT mempunyai Sembilan puluh sembilan nama,
seratus kurang satu, barang siapa yang menghafalkannya, maka ia akan masuk
surga.” (HR.Bukhari). Hal ini menunjukan apabila kita mengenal Asmaul Husna
dengan bersungguh-sungguh, menghafal, kemudian memahami maknannya serta
beribadah kepada Allah maka akan menjadi penguat iman yang paling besar, bahkan
mengenal Asmaul Husna dan sifat-Nya merupakan dasar iman, di mana iman
seseorang itu kembali kepada dasar yang Agung ini.
B.
Rumusan
Masalah
a) Apa
pengertian dari Al-Matin ?
b) Apa
saja Firman Allah SWT dalam Asma’ Al-Matin?
c) Bagaimana
akhlak kita terhadap Asma’ Al-Matin ?
C.
Maksud
dan Tujuan
Maksud
penulisan tugas makalah ini adalah :
1. Mengembangkan
wawasan penulis tentang akidah khususnya Asmaul Husna.
2. Mengenal
Asmaul Husna ”Al-Matin” dengan bersungguh-sungguh, memahami maknanya serta
beribadah kepada Allah SWT sebagai penguat iman.
Tujuan
penulis makalah ini ialah Untuk
menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru bidang studi Pendidikan
Agama Islam.
Penyusunan ini juga untuk membuka
jendela pengetahuan tentang pengertian dari Asma’ Al-Matin. Untuk
mendeskripsikan isi dan pokok yang terkandung dalam Asma’ Al- MAtin.
BAB
II
ISI
A. Pengertian Al-Matin
Allah SWT memiliki Asmaul Husna Al-Matin artinya
bermakna kokoh, kuat, dan tidak goyah. Kata ini biasa dipergunakan untuk
menujukan sifat benda secara fisik. Karena Allah SWT maha suci dari segala
sifat fisik, maka makna kekokohan dalam asma’ Al-Matin menunjuk kepada
dahsyatnya kekuatan yang dimiliki-Nya.
Allah SWT menjanjikan kebahagiaan dan surga bagi
hamba yang mengikuti perintah-Nya, dan Allah SWT menjanjikan kehidupan yang
saling bermusuhan dan panas serta neraka bagi yang mengingkari dan menolak
aturan-aturan-Nya. Ini semua tidak akan pernah berubah sampai kapanpun karena
Asmaul Husna Al-Matin sesuai dengan QS. Az-Zariyat/51:58 :
إِنَّ
اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Artinya
: Sesungguhnya Allah SWT Dialah Maha pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.
Abdul
Matin adalah hamba yang dikaruniai keyakinan sangat kokoh kepada kekuasaan
Allah. Ia yakin pada perlindungan Allah. Tak ada yang dapat membuatnya takut,,
khawatir, atau cemas. Ia berpegang teguh kepada agama Allah, sehingga tak ada
yang dapat memalingkannya. Tak ada apa pun yan dapat mengalahkan jika ia
bersama Allah SWT.
Berdasarkan
ayat ini, para ulama menetapkan nama Al-Matin ( Yang Maha Kokoh sebagai salah
satu nama-nama Allah Azza wa Jalla yang maha indah.
Penjabaran
Makna Allah Al-Matin
·
Ibnu
Faris menjelaskan bahwa materi dasar dari nama ini (
yaitu huruf mim, ta’ dan nun) menunjukkan kekokohan pada sesuatu, yang disertai
makna tinggi.
·
Al-Fairuz
Abadi menjelaskan di antara makna dasar kata ini adalah
permukaan bumi yang sangat kokoh dan tinggi.
·
Imam
Ibnul Atsir mengatakan “ Arti nama Allah Al-Matin adalah
Yang Maha Kuat dan Kokoh, yang dalam melakukan semua perbuatan-Nya, Allah Azza
wa Jalla tidak merasa susah, berat maupun payah.”
Nama
Allah Azza wa Jalla yang maha mulia ini maknanya hampir sama dengan beberapa
nama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang maha agung lainnya, yaitu : “Al-Qawiy”
(Yang Maha Kuat), “Al-Aziz”(Yang Maha Perkasa), dan “Al-Qadir” (Yang Maha
Mampu/Berkuasa).
Asmaul Husna ini sangat dekat dengan Asma’
Al-Qawiyy. Jika Al-Qawiyy menunjuk kesempurnaan kekuasan-Nya. Al-Matin adalah
Asma’ yang menerangkan sempurnanya ke-Qawiyy-an Allah SWT. Ia menunjukan hebatnya
kekuatan Allah SWT. Tidak ada yang dapat selamat dari kekuatan-Nya. Kekuatan
dan sempurnanya kekokohan Allah SWT.
B. Firman Allah dalam Asma’ Al-Matin
Makna Al-Matin adalah Yang Maha Kuat, sedangkan
Al-Qawiy adalah Yang tidak ada sesuatupun yang mampu menundukkan dan
menghalangkan-Nya, serta menolak ketentuan-Nya. Dia (Maha Mapu) memberlakukan
perintah dan ketentuan-Nya kepada semua makhluk-Nya (tanpa ada satupun yang
menghalangi). Dia mampu memuliakan siapapun yang dikehendaki-Nya dan mampu
menjadikan hina siapapun yang dikehendaki-Nya. Allah Azza wa Jalla mampu menolong siapa yang
dikehendakin-Nya serta tidak menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Segala daya
dan kekuatan hanya milik Allah SWT, tidak akan ada orang yang mendapatkan
kemenangan kecuali orang yang ditolong-Nya serta tidak akan ada yang
mendapatkan kemuliaan kecuali orang yang dimuliakan-Nya. Orang yang tidak
ditolong oleh Allah SWT pasti akan kalah dan orang yang dihinakan-Nya pasti
akan hina.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Artinya
:
Jika
Allah menolong kamu, maka tak ada seorangpun yang dapat mengalahkan kamu, dan
jika Allah membiarkan kamu (tidak memeberi pertolongan) , maka siapakah
gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari
Allah sesudah itu? Karena itu hendaknya orang-orang mu’min bertawakkal
kepada Allah saja [Ali’Imran/3:160}.
Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman :
Artinya:
“Dan seandainya orang-orang yang berbuat
zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu milik Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya. Niscaya
mereka menyesal.” [Al-Baqarah/ 2:165].
Syaikh
Abdurrahmân as-Sa’di rahimahullah ketika menafsirkan ayat di atas, beliau
rahimahullah mengatakan, “Artinya, Dialah yang memiliki semua kekuatan dan
keperkasaan. Dengannya, Allâh Azza wa Jalla menciptakan benda-benda yang sangat
besar (di alam semesta), di langit maupun di bumi, dan mengatur semua urusan
yang tampak maupun tidak tampak.
Kehendak-Nya
berlaku pada semua makhluk-Nya, apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi dan apa
yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi. Orang yang berpaling
dari-Nya tidak akan lepas, (karena) tidak ada sesuatupun yang luput dari
kekuasaan-Nya. Di antara (bukti) kemahakuatan dan kemahaperkasaan-Nya adalah :
Allâh mampu memberikan rezki kepada semua makhluk di alam semesta, Dia mampu
membangkitkan manusia pada hari kebangkitan setelah tubuh mereka hancur
membusuk.
Tidak
ada seorang manusiapun yang luput dari-Nya (pada hari kebangkitan) dan Dia Maha
mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi seperti tubuh-tubuh mereka, maka Maha
Suci (Allah) Yang Maha Kuat Lagi Maha Perkasa”
Diantara bukti kemahaperkasaan-Nya
adalah Allâh Azza wa Jalla mampu memenangkan dan memberikan pertolongan kepada
para Nabi dan pengikut mereka meskipun jumlah dan persiapan mereka sangat
sedikit, sementara jumlah dan persiapan musuh-musuh mereka sangat banyak. Allâh
berfirman :
كَمْ مِنْ
فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ
الصَّابِرِينَ
Artinya:
“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan
golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang
sabar [Al-Baqarah/ 2:249].”
Dalam
ayat lain, Allâh Azza wa Jalla berfirman :
كَتَبَ
اللَّهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي ۚ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
Artinya:
Allah
telah menetapkan, “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang”. Sesungguhnya Allah
Maha Kuat lagi Maha Perkasa [ Al-Mujadilah/ 58:21].
Dan diantara bukti kemahaperkasaan-Nya
adalah Allâh Azza wa Jalla mampu menimpakan kebinasaan kepada orang-orang yang
berbuat zhalim dan menimpakan berbagai macam azab kepada yang berbuat maksiat
di dunia. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
كَدَأْبِ آلِ
فِرْعَوْنَ ۙ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ
فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya:
“(Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan
pengikut-pengikutnya serta orang-orang sebelum mereka. Mereka mengingkari
ayat-ayat Allâh, maka Allâh menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya.
Sesungguhnya Allâh Maha Kuat lagi Amat keras siksa-Nya [al-Anfâl/8:52].”
Juga
firman-Nya:
Artinya:
“Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu
memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu
adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) peninggalan
mereka di muka bumi, maka Allâh mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka.
Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindungpun dari azab Allâh. Yang demikian
itu adalah karena telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa
bukti-bukti yang nyata lalu mereka kafir; maka Allâh mengazab mereka.
Sesungguhnya Dia Maha Kuat lagi Maha Keras hukuman-Nya [Al-Mu’min (Al-Ghâfir)/40:21-22].”
Dan termasuk bukti kemahaperkasaan-Nya adalah Dia Maha Mampu
Melakukan apa yang dikehendaki-Nya, sehingga tidak ada sesuatupun yang terjadi
di alam semesta ini baik berupa gerakan atau diam, tinggi atau rendah, mulia
atau hina, kecuali dengan izin-Nya semata, tanpa ada yang mampu menghalangi dan
mengalahkan-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya :
أَلَا
لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Artinya:
“Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allâh. Maha
suci Allâh, Rabb semesta alam [al-A’râf/7:54]”
![th.jpg](file:///C:/Users/USER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image010.jpg)
Artinya:
“Apa saja yang Allâh anugerahkan kepada manusia berupa rahmat,
maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh
Allâh maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu.
Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana [Fâthir/35:2].”
Juga termasuk bukti kemahakuasaan-Nya adalah berbagai bentuk adzab
pedih yang disediakan-Nya bagi penghuni neraka di akhirat nanti, serta berbagai
macam kenikmatan dan kesenangan yang berlimpah ruah, tidak terputus dan
terus-menerus, yang Allâh Azza wa Jalla sediakan bagi penghuni surga.
C.
Akhlak
Kita Terhadap Asmaul Husna Al-Matin.
Keimanan yang benar terhadap nama Allâh Yang Maha
Agung ini akan membuahkan dalam hati seorang hamba perasaan tunduk, merendahkan
diri, takut dan selalu bersandar kepada Allâh Jalla Jalaluhu semata, serta
selalu bertawakal (berserah diri), taat, memasrahkan segala urusan dan berlepas
diri dari (segala) daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan)-Nya.
Berikut
ini sikap atau akhlak kita terhadap Asmaul Husna Al-Matin :
1. Beristiqamah
(meneguhkan pendirian).
2. Beribadah
dengan kesungguhan hati, tidak tergoyahkan oleh bisikan menyesatkan.
3. Terus
berusaha dan tidak putus asa, serta bekerjasama dengan orang lain sehingga
menjadi lebih kuat.
4. Menerapkan
sikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bekerja
sama dengan orang lain sehingga lebih kuat.
6. Memenuhi
kebutuhan pribadi dengan mandiri.
7. Berusaha
menggunakan kekuatan yang dimiliki dalam hal-hal yang di ridhai Allah.
8. Berusaha
untuk menjadi orang mukmin yang kuat, baik dari segi fisik, ekonomi maupun dari
segi keilmuan (intelektual).
9. Sadar jika
meminta pertolongan meminta hanya kepada Allah SWT. Semata, dan tidak akan
meminta kepada yang lain sebab hanya Allah yang memiliki kekuatan yang
sempurna.
Dengan
memahami dan menghayati makna Asma’ul husna Al-matin, hendaknya kita menerapkan
sikap – sikap yang ada diatas.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kita
harus menyakini Allah SWT memiliki Asmaul Husna Al-Matin artinya bermakna
kokoh, kuat, dan tidak goyah. Kata ini biasa dipergunakan untuk menujukan sifat
benda secara fisik. Karena Allah SWT maha suci dari segala sifat fisik, maka
makna kekokohan dalam asma’ Al-Matin menunjuk kepada dahsyatnya kekuatan yang
dimiliki-Nya. Oleh
karena itu, sifat Al-Matin adalah kehebatan perbuatan yang sangat kokoh dari
kekuatan yang tidak ada taranya. Dengan begitu, kekukuhan Allah SWT yang
memiliki rahmat dan adzab terbukti ketika Allah SWT memberikan rahmat kepada
hamba-hambanya.
Kekuatan dan
kekukuhanya tidak terhingga dan tidak terbayangkan oleh manusia yang lemah dan
tidak memiliki daya upaya. Jadi karena kekukuhanya, Allah SWT tidak terkalahkan
dan tidak tergoyahkan. Siapakah yang paling kuat dan kukuh selain Allah SWT?
Tidak ada satu makhluk pun yang dapat menundukan Allah SWT meskipun seluruh
makhluk di bumi ini bekerjasama. Allah SWT berfirman dalam surat Az-Zariyat
ayat 58 :
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Artinya :
“Sungguh Allah SWT, dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi
sangat kukuh.”
B. Saran
Beribadahlah
kepada Allah SWT berdasarkan Asma’ul Husna ini. Karena Ia Maha Penerima Taubat,
berdzikir dengan-Nya karena Ia Maha Mendengar, beribadah dengan raga karena Ia
Maha Melihat, dengan seterusnya.
Sebagai
umat Muslim sudi kiranya Kita “memahami maknanya, dan mempercayainya”, atau
mampu melaksanakan kandungan-Nya, atau juga mempercayai kandungan
makna-maknanya, menghafal, memahami maknanya dan mengamalakan kandungannya. Itu
semua Insya Allah dapat memperoleh curahan rahmat Ilahi sesuai niat dan
usahanya.
Juga
senantiasa melakukan hal terpuji lainnya baik di sekolah, keluarga maupun di
masyarakat. Kemudian membiasakan diri untuk mengamalkan hasil pembelajaran
dengan baik dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
http://irwansahaja.blogspot.co.id/2014/09/makalah-pai-pengamalan-asmaul-husna-al.html
Komentar
Posting Komentar